$type=grid$count=3$cate=0$rm=0$sn=0$au=0$cm=0 $show=home

Drainase Berkelanjutan: Kunci Kota Tahan Banjir & Bencana

BAGIKAN:

Sistem Drainase Perkotaan: Teknologi Green Infrastructure, Stormwater Management, & strategi mitigasi banjir secara menyeluruh

Di banyak kota besar di Indonesia, curah hujan yang deras seringkali diikuti dengan pemandangan jalanan yang terendam, lumpuhnya aktivitas ekonomi, dan kerugian material yang tak terhitung. Persoalan banjir ini bukan semata-mata masalah air hujan; ini adalah masalah kegagalan infrastruktur drainase.

Selama beberapa dekade, pendekatan terhadap drainase perkotaan adalah sistem cepat buang—membangun saluran beton untuk membuang air secepat mungkin ke sungai atau laut. Pendekatan ini terbukti usang dan kontraproduktif di tengah perubahan iklim dan urbanisasi masif. Kini, paradigma telah bergeser menuju Drainase Berkelanjutan (Sustainable Drainage Systems atau SuDS), sebuah pilar yang tidak hanya membuang air, tetapi juga mengelola, meresapkan, dan memanfaatkannya untuk ketahanan kota. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa transformasi ini mutlak diperlukan dan bagaimana implementasinya.

Ancaman Tradisional dan Kegagalan Sistem Lama

Krisis banjir perkotaan adalah hasil dari konvergensi dua faktor: tantangan alam dan kesalahan perencanaan.

Konsekuensi Pembangunan Kota yang Tidak Terkontrol

Pertumbuhan kota yang cepat seringkali mengorbankan lahan resapan alami. Tanah yang seharusnya berfungsi sebagai spons digantikan oleh beton, aspal, dan bangunan. Permukaan yang tidak berpori ini meningkatkan volume dan kecepatan air larian (runoff) secara drastis, menyebabkan saluran drainase konvensional kelebihan kapasitas.

Kegagalan Drainase Konvensional (Cepat Buang)

Sistem drainase lama didesain dengan asumsi bahwa saluran air harus bekerja secepat mungkin untuk menghindari genangan di permukaan jalan. Namun, kecepatan ini hanya memindahkan masalah. Air yang dibuang cepat-cepat dari hulu akan membebani wilayah hilir, menyebabkan meluapnya sungai dan banjir bandang. Ini menciptakan efek domino di mana satu wilayah menjadi korban sistem wilayah lain.

Dampak Urbanisasi terhadap Resapan Air

Setiap 1 hektar lahan hijau yang diubah menjadi perumahan atau jalan dapat mengurangi kemampuan resapan air secara signifikan. Kota-kota yang kekurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kehilangan kemampuan alami mereka untuk meredam dan menyaring air, membuat mereka sangat rentan terhadap banjir.

Paradigma Baru: Stormwater Management

Solusi modern terletak pada Stormwater Management (Pengelolaan Air Hujan), sebuah pendekatan holistik yang mengakui air hujan sebagai sumber daya yang perlu diatur, bukan sekadar ancaman.

Prinsip Dasar: Mengelola, Bukan Hanya Membuang

Stormwater Management berfokus pada empat prinsip utama:

  • Mengurangi Sumber: Mengurangi volume air larian di tempat asalnya.
  • Menahan Sementara: Menyediakan fasilitas penampungan untuk memperlambat aliran air.
  • Meningkatkan Kualitas Air: Menyaring polutan sebelum air meresap atau dibuang ke badan air.
  • Memulihkan Air: Mengembalikan air ke siklus hidrologi alami, terutama melalui peresapan (infiltrasi) ke dalam tanah.

Konsep One-way Flow vs. Multi-Faceted Approach

Jika drainase konvensional menganut konsep one-way flow (dari jalan ke sungai), Drainase Berkelanjutan menggunakan Pendekatan Multi-Aspek yang meniru proses alami. Air ditahan di banyak titik (dari atap, halaman, hingga taman kota) dan dilepaskan secara bertahap atau diresapkan kembali.

Inovasi Pilar Drainase Berkelanjutan (Green Infrastructure)

Implementasi Drainase Berkelanjutan sebagian besar bergantung pada Green Infrastructure (Infrastruktur Hijau)—pemanfaatan proses alam dan ekosistem untuk menyelesaikan tantangan rekayasa.

Sumur Resapan dan Biopori (Meningkatkan Infiltrasi)

  • Sumur Resapan: Struktur silinder di dalam tanah yang berfungsi menampung air hujan dari atap atau halaman, memungkinkannya meresap perlahan ke akuifer tanah. Ini membantu mengisi kembali cadangan air tanah.
  • Lubang Biopori: Lubang vertikal kecil yang diisi dengan sampah organik. Biopori tidak hanya menyerap air tetapi juga memungkinkan aktivitas organisme tanah, yang secara efektif meningkatkan porositas dan kesuburan tanah.

Rain Garden dan Wetlands Buatan (Menyaring dan Menahan)

  • Rain Garden (Taman Hujan): Area taman yang dirancang secara cekung untuk menampung air larian sementara. Tanaman di taman ini membantu menyaring polutan dan nutrisi berlebih, serta memperlambat aliran air sebelum meresap.
  • Constructed Wetlands (Lahan Basah Buatan): Area ekosistem buatan yang meniru lahan basah alami untuk menahan volume air yang besar dari saluran drainase. Lahan basah ini secara alami menyaring sedimen dan mengurangi polusi air secara efektif.

Paving Berpori (Permeable Pavement) (Mengurangi Runoff Permukaan)

Teknologi perkerasan ini memungkinkan air hujan menembus permukaan jalan atau parkiran langsung ke lapisan resapan di bawahnya. Penggunaan permeable pavement secara luas dapat mengurangi volume air larian yang masuk ke saluran drainase hingga 80%, menjadikannya solusi vital di area dengan tutupan lahan yang padat.

Peran Tata Ruang dan Kebijakan Publik

Keberhasilan Drainase Berkelanjutan tidak dapat dicapai hanya melalui proyek konstruksi; ia harus didukung oleh kebijakan tata ruang yang ketat dan kolaborasi yang terintegrasi.

Perlindungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Area Resapan

Peraturan mengenai persentase RTH wajib dalam tata ruang kota (biasanya minimal 30%) harus ditegakkan secara ketat. RTH adalah paru-paru kota dan juga "spons" alami yang tidak tergantikan untuk resapan air. Pengubahan fungsi RTH harus dikategorikan sebagai kejahatan lingkungan.

Regulasi Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

Pemerintah daerah harus secara ketat mengontrol Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan memastikan setiap pembangunan mematuhi Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang memadai. Semakin tinggi KDH yang diwajibkan, semakin besar area yang harus dibiarkan terbuka atau berpori, sehingga menjamin kemampuan resapan.

Kolaborasi Antar Daerah Aliran Sungai (DAS)

Air tidak mengenal batas administratif kota. Masalah drainase seringkali bersifat regional. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan koordinasi kebijakan antara pemerintah kota, kabupaten, dan provinsi yang berbagi satu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sama. Perencanaan Stormwater Management harus bersifat komprehensif dari hulu ke hilir.

Kesimpulan: Investasi untuk Ketahanan Kota

Drainase Berkelanjutan adalah investasi jangka panjang, bukan biaya yang harus dihindari. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Green Infrastructure ke dalam setiap perencanaan infrastruktur, kota dapat beralih dari fase reaktif (selalu menanggulangi banjir) ke fase proaktif (menciptakan kota yang tahan air dan bencana).

Bagi Media Kota, penting untuk menggarisbawahi bahwa kesadaran masyarakat—mulai dari memelihara biopori di halaman rumah hingga menuntut penerapan KDH yang ketat dari pengembang—adalah sama pentingnya dengan rekayasa teknik. Hanya melalui upaya kolektif, kita dapat mengubah air hujan dari ancaman menjadi sumber daya, dan membangun kota-kota yang benar-benar tahan terhadap tantangan air di masa depan.


Credit :
Penulis : Brylian Wahana
Gambar oleh Tri Le dari Pixabay     

Komentar

Nama

event,25,infrastruktur,36,kesehatan,29,kuliner,32,tokoh,24,wawasan,30,wisata,30,
ltr
item
Media Kota: Drainase Berkelanjutan: Kunci Kota Tahan Banjir & Bencana
Drainase Berkelanjutan: Kunci Kota Tahan Banjir & Bencana
Sistem Drainase Perkotaan: Teknologi Green Infrastructure, Stormwater Management, & strategi mitigasi banjir secara menyeluruh
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOUYhA1_05zht-a8Nq80BTbeJ2DweoswRV5sx87r6x4QuthIcb3jeC9Rh7chY5-ASkXO1uw46oJFlbKTfJXjKbR4dXWxISJTM6S9oEW6mLa7b8_K8toXyuWnPsV-fTxDJ4IyuxdQLsPOf_G06OkCn3XPdUrlcOxQgMgzozrBWoOesBlmI6AmNe8pBpfMw/s16000/biking-5680458_1280.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOUYhA1_05zht-a8Nq80BTbeJ2DweoswRV5sx87r6x4QuthIcb3jeC9Rh7chY5-ASkXO1uw46oJFlbKTfJXjKbR4dXWxISJTM6S9oEW6mLa7b8_K8toXyuWnPsV-fTxDJ4IyuxdQLsPOf_G06OkCn3XPdUrlcOxQgMgzozrBWoOesBlmI6AmNe8pBpfMw/s72-c/biking-5680458_1280.jpg
Media Kota
https://www.kota.or.id/2025/10/drainase-berkelanjutan-kunci-kota-tahan.html
https://www.kota.or.id/
https://www.kota.or.id/
https://www.kota.or.id/2025/10/drainase-berkelanjutan-kunci-kota-tahan.html
true
4623503411944417875
UTF-8
Tampilkan semua artikel Tidak ditemukan di semua artikel Lihat semua Selengkapnya Balas Batalkan balasan Delete Oleh Beranda HALAMAN ARTIKEL Lihat semua MUNGKIN KAMU SUKA LABEL ARSIP CARI SEMUA ARTIKEL Tidak ditemukan artikel yang anda cari Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec sekarang 1 menit lalu $$1$$ minutes ago 1 jam lalu $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 pekan lalu Fans Follow INI ADALAH KNTEN PREMIUM STEP 1: Bagikan ke sosial media STEP 2: Klik link di sosial mediamu Copy semua code Blok semua code Semua kode telah dicopy di clipboard mu Jika kode/teks tidak bisa dicopy, gunakan tombol CTRL+C Daftar isi